Alamat alamat toko showroom alat pijat dan terapi kesehatan seluruh indonesia

Alamat alamat toko showroom alat pijat dan terapi kesehatan seluruh indonesia
Alamat tempat suplier dan distributor grosir alat pijat dan terapi kesehatn indonesia order dan jual beli aneka alat pijat bermerek maupun tidak harga grosir dan eceran

Minggu, 25 Maret 2012

081380783912 MULTI PURPOSE PULSE MASSAGER ATAU ELEKRONIK THERAPHY DIKENAL DENGAN SEBUTAN TENS - EMS DAN INTERFERENTIAL THERAPHY



 KUMPULAN ARTIKEL DAN LAPORAN SERTA KARYA TULIS YANG MEMBAHAS
081380783912 MULTI PURPOSE PULSE MASSAGER ATAU ELEKRONIK THERAPHY DIKENAL DENGAN SEBUTAN TENS - EMS DAN INTERFERENTIAL THERAPHY








TRANSCUTANEOUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION


Hadijah Putra Djaya
D411 07 037


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2011
Sejarah munculnya TENS berawal dari laporan Scribonius Largus tentang stimulasi listrik untuk mengontrol nyeri yang digunakan di Yunani kuno, 63 M. Hal ini dilaporkan oleh Scribonius Largus yang sakit dan merasa lega setelah berdiri pada ikan listrik di tepi pantai. Pada 16 sampai abad ke-18 berbagai perangkat elektrostatik digunakan untuk sakit kepala dan nyeri. Benjamin Franklin adalah pendukung metode ini untuk menghilangkan rasa sakit. Pada abad kesembilan belas perangkat yang disebut electreat, bersama dengan perangkat lain yang banyak digunakan untuk mengendalikan nyeri dan penyembuhan kanker. Electreat digunakan hanya sampai pada ke abad kedua puluh karena tidak portabel dan memiliki kontrol terbatas dari stimulus tersebut. Pengembangan dari semua stimulasi listrik tersebut memberi ide dibentuknya TENS yang akhirnya dipakai dan telah dipatenkan di Amerika Serikat pada tahun 1974.
Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS) adalah penggunaan arus listrik yang dihasilkan oleh perangkat untuk merangsang saraf untuk mengurangi rasa sakit. Unit ini biasanya dilengkapi dengan elektroda untuk menyalurkan arus listrik yang akan merangsang saraf pada daerah yang mengalami nyeri. Rasa geli sangat terasa dibawah kulit dan otot yang diaplikasikan elektroda tersebut. Sinyal dari TENS ini berfungsi untuk mengganggu sinyal nyeri yang mempengaruhi saraf-saraf dan memutus sinyal nyeri tersebut sehingga pasien merasakan nyerinya berkurang. Namun teori lain mengatakan bahwa stimulasi listrik saraf dapat membantu tubuh untuk memproduksi obat penghilang rasa sakit alami yang disebut endorfin, yang dapat menghalangi persepsi nyeri.




Gambar I. Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation
TENS memberikan arus listrik dengan amplitudo sampai dengan 50mA dengan frekuensi 10-250Hz, banyak digunakan untuk terapi pengurangan rasa sakit. Banyak teori yang mendukung prinsip kerja TENS, satu diantaranya adalah teori pain gates yang diajukan oleh Melzack dan Walls. Menurut teori ini TENS diperkirakan mengaktifkan secara khusus perifer A beta pada daerah tanduk dorsal sehingga memodulasi serabut A delta dan C yang menghantarkan rasa nyeri. Hipotesis lain menjelaskan efek TENS dalam mengurangi nyeri melalui system neurotransmitter lain yaitu perubahan system serotonin dan substansia P.
Dengan menggunakan metode TENS, transkutan (yaitu melalui kulit) Listrik Stimulasi saraf, fungsi saraf penting dapat diaktifkan secara efektif. Frekuensi impuls, yang sebanding dengan bioelectricity alami, merangsang menghilangkan rasa sakit. Dengan cara ini, transmisi nyeri oleh serabut saraf terhambat dan aliran listrik menghilangkan rasa sakit, seperti zat endorphin, yang dipicu. Selanjutnya, aliran darah melalui zona tubuh ditingkatkan.
  Terapi dengan TENS dilakukan dengan kontak langsung alat terhadap pasien melalui sepasang elektroda. Demi memenuhi persyaratan standar keamanan alat medis sebuah sistem keamanan harus dirancang sehingga cidera pada pasien dapat dicegah. Sistem keamanan yang dirancang pada dasarnya adalah mencegah terjadinya luka bakar pada kulit akibat kesalahan penempatan elektroda. Kesalahan penempatan elektroda memungkinkan elektroda tidak melekat dengan baik pada kulit dan sementara itu arus dialirkan, dapat menimbulkan ketidaknyamanan pada pasien.
Adapun penempatan elektroda TENS:
• Di sekitar lokasi nyeri : Cara ini paling mudah dan paling sering digunakan, sebab metode ini dapat langsung diterapkan pada daerah nyeri tanpa memperhatikan karakter dan letak yang paling optimal dalam hubungannya dengan jaringan penyebab nyeri.
• Dermatome : Penempatan pada area dermatome yang terlibat, penempatan pada lokasi spesifik dalam area dermatome, penempatan pada dua tempat yaitu di anterior dan di posterior dari suatu area dermatome tertentu.
• Area trigger point dan motor point






















Gambar II. Aplikasi dari TENS Keuntungan dari menggunakan TENS adalah bahwa tidak seperti menghilangkan rasa sakit oleh obat, karena tidak menimbulkan ketagihan, tidak menyebabkan kantuk atau mual, dan dapat dilakukan kapan saja sesuai kebutuhan. Namun penggunaan alat terapi TENS saat ini pada umumnya tidak praktis karena diperlukan keterampilan dan pengetahuan khusus untuk menyesuaikan program yang ada pada alat terapi TENS dengan keluhan dan jenis terapi yang diinginkan. Akibatnya alat terapi TENS lebih banyak digunakan di klinik rehabilitasi medik dan fisioterapi. TENS mengubah persepsi tubuh mengenai rasa sakit. TENS juga diakui sebagai alternatif akupunktur sebagai non- farmakologis untuk mengobati dismenorea. Pada impuls rendah (2 Hz) produksi endorphin sebagai penghilang rasa sakit alami dipacu untuk dikeluarkan (Macnair, 2004). Oleh karena itu TENS telah digunakan untuk mengobati nyeri yang akut seperti patah tulang, nyeri sendi, strain otot, pasca operasi dan menstruasi yang menimbulkan rasa sakit. Efeknya berkurangnya rasa nyeri bisa lambat tapi dapat mengurangi rasa nyeri yang berlangsung selama beberapa jam. Pada impuls tinggi (90-150Hz) 'gerbang ' rasa sakit akan ditutup. Hal ini terjadi pada sakit kepala, migrain, arthritis, neuralgia pasca-herpes, linu panggul, sakit pinggang, leher dan punggung nyeri akan segera mereda, tapi efeknya tidak begitu lama (Kenny dan Kenny, 2002) Pada penderita yang memakai pacu jantung. Selain itu jangan meletakan elektroda di area arteri karotis pada region anterolateral leher dan mata, penderita dengan hilangnya sebagian besar sensasi kulit, kulit yang mengalami gangguan (luka, infeksi, radang) pada lokasi penempatan TENS, dan daerah pharyngeal. Gambar III. Diagram TENS Unit ini memiliki sejumlah besar program, di mana ia digunakan hanya satu. Mengukur sinyal pada keluaran perangkat dalam modus ini mengungkapkan teredam osilasi pada frekuensi sekitar 2,5 kHz, dengan tingkat pengulangan sekitar 100 Hz. Rangkaian sederhana menggunakan CMOS 555 timer untuk menghasilkan pulsa singkat yang feed transformator miniatur 1:10. Bersama dengan 4,7 nF kapasitor transformator membuat rangkaian resonansi paralel: resonansi mengarah ke peningkatan yang cukup besar dalam tegangan output. Lebar pulsa dapat disesuaikan dengan menggunakan potensiometer, di sini ditunjukkan dikombinasikan dengan switch on-off. Pulsa lebih luas menghasilkan tegangan output yang lebih tinggi. Karena tegangan puncak hingga 200 V dapat diproduksi, trafo harus memiliki isolasi yang memadai: Conrad Electronics 516260-62 jenis cocok. Sebuah phono soket di output memberikan sambungan yang andal untuk kabel elektroda. Umumnya TENS diterapkan pada: Frekuensi tinggi (> 50 Hz) dengan intensitas di bawah kontraksi motor (intensitas sensorik). Pada frekuensi tinggi, secara selektif merangsang syaraf tertentu 'non-sakit' serat untuk mengirim sinyal ke otak yang menghalangi sinyal saraf lainnya membawa pesan rasa sakit. Frekuensi rendah (<10 Hz) dengan intensitas yang menghasilkan kontraksi motor. Pada frekuensi rendah, dengan merangsang produksi endorfin, alami menghilangkan rasa sakit-hormon. TENS digunakan untuk meringankan rasa sakit yang disebabkan oleh berbagai kondisi kronis, termasuk: • leher dan nyeri punggung bawah • sakit kepala / migrain • radang sendi Perangkat ini juga efektif terhadap nyeri jangka pendek, seperti: • persalinan • nyeri pasca bedah • patah tulang • otot dan nyeri sendi • olahraga cedera • kram menstruasi Tidak seperti banyak-menghilangkan rasa sakit obat-obatan, TENS tidak menimbulkan ketergantungan dan tampaknya memiliki beberapa efek samping. Kebanyakan orang bisa menggunakan mesin TENS tetapi tidak cocok untuk: • Epilepsi. • Mereka dengan alat pacu jantung dan beberapa jenis lain penyakit jantung. • Diketahui penyebab sakit. • Tanpa pengawasan pada kehamilan (selain tenaga kerja). DAFTAR PUSTAKA http://en.wikipedia.org/wiki/Transcutaneous_electrical_nerve_stimulation http://www.extremecircuits.net/2010/06/transcutaneous-electrical-nerve_03.html http://remizapratama.blogspot.com/2011/01/alat-alat-yang-digunakan-pada.html http://yutrithanaya.blogspot.com/2010_12_01_archive.html http://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:a60d5reh6NkJ:www.fik.ui.ac.id/pkko/files/Tugas%2520UTS%2520SIM.pdf+teori+Melzack+dan+Wall's&hl=id&gl=id&pid=bl&srcid=ADGEEShn9vm6-hyrkbAlrpIfmY-iSZcdvfzntKPU10xCLzVnwJcswWD0Kt6doIc-_Y7f0467hGaf0PugKfjFE08y05g5EgEfhDlQx6jADZNk_hHunjKCe00S3Kd8HrEZismcB5jXUaBK&sig=AHIEtbS637VLZnboinTry7qB0KDC-VXA8w http://www.google.com/books?hl=id&lr=&id=aJEmA8HmTCEC&oi=fnd&pg=PA241&dq=PRINCIPLE+OF+Transcutaneous+Electrical+Nerve+Stimulation&ots=P4jhMhIk3G&sig=JlK9tcLBhXi_IpIZJv_s66GNcgs#v=onepage&q&f=false 1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut pembangunan kesehatan dilaksanakan secara sistematis dan berkesinambungan (Anonim, 2009). Low Back Pain (LBP) atau nyeri pinggang bawah merupakan masalah kesehatan yang nyata tetapi merupakan penyebab utama naiknya angka morbiditas, disabilitas serta terbatasnya aktifitas tubuh. Nyeri pinggang mencapai 30%-50% dari keluhan rematik pada praktek umum dan merupakan penyakit nomor 2 pada manusia setelah influenza (Albar, 2000). Sedangkan pravelensinya dibandingkan dengan nyeri kepala, nyeri pinggang bawah menempati tempat kedua (Rumawas, 1999). Fisioterapi merupakan bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara, memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan dalam menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektroterapis dan mekanis), pelatihan fungsi dan komunikasi (Menkes RI, 2007). 2 TENS merupakan suatu alat yang memanfaatkan energi listrik guna merangsang sistem saraf melalui permukaan kulit dan terbukti efektif untuk mengurangi nyeri (Roth, 1991). Menurut Fried, Johnson dan Mc Cracken (1984), melakukan observasi terhadap 563 pasien nyeri pinggang bawah yang menggunakan TENS dalam waktu yang lama 44% melaporkan bahwa setelah 6 bulan menggunakan TENS mereka terbebas dari disabilitas dan dapat kembali bekerja, 36,2% dapat kembali bekerja dengan modifikasi jadwal kerja dan modifikasi lingkungan. Selain itu juga melaporkan tentang menurunnya penggunaan obat-obatan analgetik, membaiknya pola tidur dan berkurangnya nyeri (Slamet Parjoto, 1998). Nyeri pinggang bawah adalah suatu gejala berupa rasa nyeri di daerah lumbosakral dan sakroiliaka yang dapat ditimbulkan oleh berbagai sebab, kadang-kadang disertai dengan penjalaran nyeri ke arah tungkai dan kaki. Nyeri pinggang bawah lebih sering terjadi pada pekerja yang sehari-harinya melakukan kegiatan mengangkat, memindahkan, mendorong atau menarik benda berat. Berputarnya tulang belakang di saat tubuh sedang membungkuk merupakan faktor penyebab yang penting. 22% keluhan terjadi ketika mengangkat beban, 19% ketika berolahraga, dan sekitar 25% terjadi berangsur-angsur tanpa diketahui penyebabnya (Bogduk N, 1987). Low back pain (LBP) atau nyeri pinggang bawah merupakan salah satu kasus yang banyak ditemui fisioterapis dalam praktek klinis. Nyeri pinggang merupakan penyakit nomor dua yang paling banyak diderita manusia setelah influenza. Sekitar 65–80% manusia akan mengalami nyeri pinggang pada3 suatu waktu dalam kehidupannya. Nyeri pinggang mencapai 30 -50% dari keluhan rematik pada praktek umum (Albar, 2000; Pudjianto, 2001). Karena sebagian besar tidak disebabkan oleh gangguan yang serius dan umumnya sembuh sendiri, pemeriksaan menjadi kurang teliti dan penyebab yang lebih serius tidak dapat diketahui dengan cepat. Seringkali diagnosis pasti tidak dapat ditegakkan karena kurangnya pendekatan diagnostik mengingat penyebabnya yang sangat beragam dan melibatkan banyak disiplin ilmu (Rumawas, 1983). Nyeri pinggang bawah (low back pain) merupakan keluhan umum yang pernah dialami oleh hampir. semua orang, namun jarang berakibat fatal. Meskipun demikian, sejak seseorang belajar berdiri dan berjalan, sejak itu pulalah ia dihadapkan pada risiko nyeri pinggang bawah (Judana, Sastrodiwigo, 1983). Keluhan ini merupakan salah satu penyebab utama mangkir kerja dan meningkatnya biaya pengobatan (Poerwadi T, 1988). Nyeri dapat digambarkan sebagai suatu pengalaman sensorik dan emotional yang tidak menyenangkan yang berkaitan dengan kerusakan jaringan yang sudah atau berpotensi terjadi, atau dijelaskan berdasarkan kerusakan tersebut (Hartwig & Wilson, 2005). Nyeri secara umum adalah suatu perasaan yang tidak menyenangkan dan respon emotional terhadap suatu rangsangan yang berhubungan dengan kerusakan jaringan yang potensial atau akut dan berlangsung kurang dari 3 bulan. (Klippel, 2001). Usaha pengurangan nyeri atau modulasi nyeri adalah kegiatan yang banyak dilakukan oleh fisioterapi klinis sekaligus membawa mereka 4 berhadapan dengan banyak masalah, mengingat nyeri seringkali bukan merupakan gejala yang khas dari manifestasi aneka keadaan patologik. Pengelolaan nyeri atau manajemen nyeri oleh fisioterapis dapat dilakukan dengan berbagai modalitas fisioterapi seperti terapi thermal baik panas (IR, SWD dan MWD) maupun dingin (cold pack, ice bath dan kompres es), terapi latihan, pemijatan, terapi manipulasi, sinar laser, stimulasi listrik dan edukasi. Stimulasi listrik merupakan modalitas yang cukup banyak digunakan untuk mengurangi nyeri, yaitu merupakan cara penggunaan energi listrik untuk merangsang sistem saraf melalui kulit (Parjoto, 2006). Menurut Roth (1992), TENS merupakan salah satu dari sekian banyak modalitas yang digunakan oleh profesi Fisioterapi di Indonesia yaitu merupakan suatu cara penggunaan energi listrik yang berguna untuk merangsang sistem saraf melalui permukaan kulit dan terbukti efektif untuk mengurangi berbagai tipe nyeri. Menurut Alon (1987), prosedur pelaksanaan TENS untuk nyeri kronis yaitu diberikan AL TENS (Acupuncture Like TENS) dengan durasi fase 20- 200 mikrodetik selama 30-45 menit diikuti dengan Intense TENS dengan durasi fase 20-200 mikrodetik selama 20-30 menit. Berdasarkan pengamatan peneliti pada praktek fisioterapi sehari-hari, terutama di rumah sakit-rumah sakit, pemakaian TENS untuk nyeri pinggang bawah ternyata sangat efektif dalam proses penyembuhannya. Berdasarkan Teori Johnson (2002), pemakaian TENS pada kasus nyeri pinggang bawah bisa menggunakan Intense TENS dan diikuti AL TENS 5 (Acupuncture Like TENS). Pada penelitian ini peneliti membandingkan antara kebiasaan praktek fisioterapi sehari-hari dengan teori dari Gad Alon. Melihat dari masalah di atas, fisioterapi sebagai salah satu tenaga kesehatan yang bergerak dalam kapasitas fisik dan kemampuan fungsional serta meningkatkan derajat kesehatan yang salah satunya dengan mengurangi nyeri, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ”Perbandingan Efek Analgesik Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS) Menurut Teori Gad Alon di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta dengan Kebiasaan Praktek Fisioterapi Sehari-hari di Puskesmas Kartasura dalam Mengurangi Nyeri Kronik Pinggang Bawah Myogenic” B. Identifikasi Masalah Nyeri pinggang adalah rasa nyeri pinggang muskulosketal yaitu sindroma klinik yang ditandai adanya rasa nyeri atau perasaan lain yang tidak enak didaerah tubuh bagian belakang dari rusuk terakhir vartebra torakal 12 sampai bagian bawah pantat atau anus dan dapat menjalar ke kaki terutama bagian belakang dan samping luar (Susilowati, 2006:1). Nyeri pinggang bawah merupakan salah satu keluhan yang dapat menurunkan produktivitas manusia, 50-80% penduduk di negara industri pernah mengalami nyeri pinggang bawah. Prosentase nyeri pinggang meningkat dengan bertambahnya usia. Nyeri pinggang bawah menghilangkan banyak jam kerja dan membutuhkan banyak biaya untuk penyembuhannya. 6 Penyebab nyeri pinggang bawah terjadi karena berbagai faktor diantaranya pekerjaan, merokok, aktivitas mengangkat barang dengan posisi yang salah dan dapat berasal dari otot, tulang, mekanik, traumatik, kebiasaan duduk dan berdiri.Adanya kesalahan postural atau gerakan tubuh yang tidak proporsional dalam waktu lama dan terus menerus pada otot dan fascia akan menimbulkan nyeri kemudian terjadi spasme otot pinggang dan otot akan mengalami iskhemik. Kondisi tersebut akan menimbulkan siklus lingkaran setan nyeri. Menurut Santoso (1996), modualasi nyeri dalah respon internal didalam tubuh untuk mengurangi rasa nyeri. Modulasi nyeri dapat pula diberikan secara artificial dengan cara memberikan rangsangan dengan berbagai macam modulasi fisik dibagian luar tubuh, dimana semua usaha ini berdasarkan pada teori perjalanan implus nociceptor dari perifer sampai ke otak. Modulasi nyeri dapat dibedakan menjadi beberapa level, yaitu tingkat batang otak, tingkat sumsum tulang belakang dan tingkat reseptor. TENS mampu mengaktivasi baik serabut saraf berdiameter besar maupun berdiameter kecil yang akan menyampaikan berbagai informasi sensoris ke sistem saraf pusat. Efektivitas TENS dapat diterangkan lewat teori kontrol gerbang (gate control) nya Melzack dan Wall yang diaplikasikan dengan intensitas comfortable. Lewat stimulasi antidromik TENS dapat memblokir hantaran rangsang dari nociceptor ke medulla spinalis. Stimulasi antidromik dapat mengakibatkan terlepasnya materi P dari neuron sensoris yang akan berakibat terjadinya vasodilatasi arteriole yang merupakan dasar bagi terjadinya triple responses (Parjoto, 2006). 7 Mekanisme lain yang dapat dicapai oleh TENS ialah mengaktivasi sistem saraf otonom yang akan menimbulkan tanggap rangsang vasomotor yang dapat mengubah kimiawi jaringan. Postulat lain menyatakan bahwa TENS dapat mengurangi nyeri melalui pelepasan opioid endogen di SSP. TENS dapat juga menimbulkan efek analgetik lewat sistem inhibisi opioid endogen dengan cara mengaktivasi batang otak. Stimulasi listrik yang diberikan cukup jauh dari jaringan yang cidera/rusak, sehingga jaringan yang menimbulkan nyeri tetap efektif untuk memodulasi nyeri (Parjoto, 2006). Penelitian efek analgetik yang diberikan dengan intensitas mitis dan normalis akan mengaktivasi serabut saraf afferen yang bermielin besar A Alfa dan A beta karena mempunyai nilai ambang yang rendah. Aktivasi seravut afferen yang besar akan mengaktifkan gerbang tertutup. Selain itu TENS juga menimbulkan efek nyaman terhadap pasien, tidak adanya efek samping setelah terapi dan tidak merusak organ-organ dalam tubuh seperti hati dan ginjal karena tidak menggunakan obat-obatan/nonfarmakologi (Parjoto, 2006). Hasil observasi yang dilakukan Fried, Johnson, Mc Cracken (1990) terhadap 563 pasien nyeri bawah pinggang menggunakan TENS (Transcentanens Electrical Nerve Stimulation) dalam waktu lama, 44% melaporkan setelah 6 bulan terbebas dari disabilitas dan dapat kembali bekerja, 36,2% dapat kembali bekerja dengan modifikasi jadwal kerja dan lingkungan kerja. 8 Menurut Alon (1987), prosedur pelaksanaan TENS untuk nyeri kronis yaitu diberikan AL TENS (Acupuncture Like TENS) dengan durasi fase 20- 200 mikrodetik selama 30-45 menit diikuti dengan Intense TENS dengan durasi fase 20-200 mikrodetik selama 20-30 menit. C. Pembatasan Masalah Berdasarkan permasalahan di atas, maka dalam penelitian ini akan dibatasi pada ruang lingkupnya, yaitu efek analgesik TENS menurut Gad Alon dibandingkan dengan kebiasaan praktek fisioterapi sehari-hari dalam mengurangi nyeri kronik pinggang bawah myogenic. D. Perumusan Masalah Rumusan masalah dari penelitian ini adalah: ”Bagaimana Perbandingan Efek Analgesik TENS Menurut Teori Gad Alon di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta dibandingkan dengan Kebiasaan Praktek Fisioterapi Seharihari di Puskesmas Kartasura Dalam Mengurangi Nyeri Kronik Pinggang Bawah Myogenic?” E. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui perbandingan efek analgesik Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS) menurut teori Gad Alon di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta dengan kebiasaan praktek fisioterapi sehari-hari di Puskesmas Kartasura dalam mengurangi nyeri kronik pinggang bawah 9 myogenic. 2. Tujuan khusus a. Untuk mengetahui efek analgesik TENS menurut teori gad alon (al tens dan intense tens) pada Nyeri Kronik Pinggang Bawah Myogenic. b. Untuk mengetahui efek analgesik TENS pada praktek fisioterapi sehari-hati pada Nyeri Kronik Pinggang Bawah Myogenic. F. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Ilmiah Fisoterapi Ilmu penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran tentang perbandingan efek analgesik TENS menurut Gad Alon dengan kebiasaan praktek fisioterapi sehari-hari dalam mengurangi nyeri kronik pinggang bawah myogenic. 2. Peneliti Diharapkan dapat memberi masukan untuk meningkatkan pelayanan dengan dukungan IPTEK yang memadai dalam penyelenggaraan kesehatan. 3. Fisioterapi Sebagai sarana untuk memadukan pengetahuan teori kasus Low Back Pain dengan teknik terapi latihan yang dapat diberikan lahan pelayanan dan pengalaman nyata yang dapat digunakan untuk penelitian lanjutan. 10 4. Pendidikan Sebagai masukan sumber bahan keilmuan yang berhubungan dengan kasus nyeri kronik pinggang bawah myogenic. 
Fortune Star Home Company Career Product Nutraceutical Health Therapy Equipment Lain-lain News Health Info Gangguan Sirkulasi Darah Kanker Penyakit Lain Business PERAPERA Lokasi Pera-Pera Preventive Health Care Center Jakarta Surabaya Fortune Star Privilege Card Merchant 2010 Point Reward Catalog Customer Care Customer Care Feedback Form Sitemap Tens 21 PDF Print E-mail TENS merupakan sebuah teknik penghilang nyeri (analgesik) yang sederhana dan non-invasive, yang telah digunakan secara luas di dunia medis oleh ahli fisioterapi, perawat, atau bidan. (Johnson, 1997; Pope, Mockett and Wright,1995; Reeve, Menon and Corabian, 1996; Robertson and Spurritt, 1998) TENS biasanya juga digunakan untuk meringankan berbagai jenis nyeri, seperti nyeri paska persalinan, nyeri paska operasi, nyeri punggung, nyeri akibat artritis, nyeri neuropatik, nyeri menstruasi, nyeri kepala, dan migrain. (Hansson, 1999). TENS merupakan teknik penghilang nyeri yang non-invasive ,tidak menyebabkan adiksi, dan hampir tanpa efek samping yang bermakna. Latar belakang terapi TENS Nyeri (pain) Nyeri merupakan rasa atau sensasi yang paling sering dirasakan oleh setiap orang di manapun. Definisi nyeri adalah pengalaman sensorik (fisik) dan emosional (psikologis) yang tidak menyenangkan yang disertai oleh kerusakan jaringan secara potensial dan aktual (The International Association for the Study of Pain). Ren© Descartes sudah mengemukakan teori mengenai nyeri (specificity theory) sejak abad ke-17, tetapi teori tersebut belum menggambarkan nyeri secara lengkap. Pada perkembangan selanjutnya teori nyeri lebih disempurnakan oleh Melzack & Wall melalui teorinya yang disebut gate control theory, pada tahun 1965. Teori ini memberikan gambaran yang lebih lengkap mengenai definisi dan mekanisme nyeri. Sejalan dengan perkembangan ilmu kedokteran, gate control theory disempurnakan dengan teori neuromodulasi dan neuroanatomi. Gate control theory inilah yang saat ini manjadi dasar teknologi terapi TENS (Transcutaneous Elaectrical Nerve Stimulator) Mekanisme nyeri Proses terjadinya nyeri melibatkan beberapa organ pada sistem saraf manusia, seperti : 1. Organ perifer sebagai sumber nyeri. 2. Serabut saraf sebagai lintasan penghantar impuls atau rangsangan nyeri. 3. Medulla spinalis sebagai organ perantara antara organ perifer dan otak. 4. Sistem saraf pusat (batang otak, talamus, dan korteks serebri) sebagai pusat sensorik. Organ berperan terjadinya nyeri Sumber : McCance KL,Huether SE. Pathophysiology. 5th ed. Missouri:Moshby ; 2006.p.448-62. Tabel 1. Klasifikasi serabut serabut saraf penghantar impuls nyeri. Nama Diameter (µm) Kecepatan hantar (m/detik) reseptor A α 10 - 20 70 - 120 Eferen otot A β 6 - 12 30 - 70 Reseptor : meissner, ruffini, paccini, merkel, akhiran sekunder spindel otot A γ 2 - 10 10 - 50 Eferen otot (intrafusal) A δ 1 - 6 5 - 30 Nosiseptor untuk mekanik, termal, mekanotermal (polimodal), reseptor rambut, reseptor visera C <15 0,5 - 20 Nosiseptor C, reseptor polimodal C, reseptor viseral, reseptor panas, dingin, dan mekanik Sumber : Meliala Krt L.Terapi Rasional Nyeri. 1st ed.Yogyakarta:Aditya Media ; 2004.p.1-13. Melzack & Wall menjelaskan melalui gate control theory bahwa sensasi nyeri akan dirasakan bila impuls / rangsangan nyeri dari sumber nyeri berhasil dihantarkan oleh serabut saraf ke pusat nyeri di sistem saraf pusat (otak) melalui gerbang nyeri (pain gate). Gerbang nyeri dapat ditutup dengan cara mengaktifkan serabut saraf Aβ melalui rangsangan raba, tekanan, sentuhan, atau getaran (rangsangan TENS) pada sumber nyeri, sehingga impuls nyeri tidak diteruskan ke medula spinalis dan juga ke otak dan akhirnya seseorang tidak merasakan sensasi nyeri. gate control theory Gambar 2. Gate control theory. A) saat gerbang nyeri terbuka, rangsangan nyeri dapat dihantarkan ke otak sehingga timbul rasa nyeri. B) rangsangan dari TENS mengaktifkan serabut saraf Aβ untuk menutup gerbang nyeri, sehingga rasa nyeri tidak muncul. Tens 21 Penggunaan alat terapi TENS saat ini pada umumnya tidak praktis, karena diperlukan keterampilan dan pengetahuan khusus untuk menyesuaikan program yang ada pada alat terapi TENS dengan keluhan dan jenis terapi yang diinginkan. Akibatnya alat terapi TENS lebih banyak digunakan di klinik rehabilitasi medik dan fisioterapi. Kemajuan teknologi di dunia medis dan kesehatan memberikan banyak kemudahan, baik bagi praktisi medis maupun bagi masyarakat luas, salah satunya perkembangan pada teknologi TENS. Teknologi TENS terbaru yang berhasil dikembangkan saat ini menghadirkan alat terapi Tens 21 yang lebih praktis, lengkap, dan modern, sehingga lebih mudah digunakan, baik bagi para praktisi medis, maupun masyarakat umum. Hal ini memungkinkan penggunaan alat terapi TENS bukan hanya di klinik rehabilitasi medik dan fisioterapi, tetapi bisa juga di klinik - klinik lain, bahkan sebagai alat terapi rumah tangga. Keunggulan Tens 21 : Lengkap dan praktis, karena memiliki 3 (tiga) pilihan terapi. Dilengkapi dengan temperatur (heat function) sampai 430C untuk melengkapi pilihan fisioterapi. temperature panel dan heat function Tidak menimbulkan rasa nyeri pada permukaan kulit Teknologi TENS selama ini seringkali menimbulkan rasa nyeri pada permukaan kulit yang diterapi, akibat arus muatan listrik yang melalui permukaan kulit terlalu tinggi. Hal ini juga menyebabkan arus muatan listrik yang masuk ke lapisan di bawah kulit pada daerah nyeri menjadi berkurang (black pulse), sehingga efek terapi menjadi kurang maksimal. General Output Wave Pattern TENS 21 Output Wave Pattern Tens 21 memiliki pola arus muatan listrik seperti parabola, dimana arus yang masuk melalui permukaan kulit tidak terlalu besar, tetapi terus meningkat saat memasuki lapisan di bawah kulit pada daerah nyeri (mengurangi black pulse). Dengan demikian efek terapi menjadi lebih maksimal Dapat digunakan sebagai alat terapi rumah tangga karena lengkap dan praktis. Sertifikasi Sertifikat Depkes RISertifikat Kementrian Jepang Rated Power Voltage : 220 V Power Consumption : 36 watt (Optimum) - 41 watt (Maximum) Class II Protection Against Electric Shock : B-type attachment Maximum Output Current : 19 mA (when connected with 1-kΩ load) Treatment Frequency : 3 Hz to 1,000 Hz Balance Adjustment : 25% in right/left output difference Timer : 15 minutes maximum Electrode Temperature : 43ºC maximum (in 5 steps) Dimensions : 378(W) x 280(D) x 210 (H) (mm) Weight : 4,5 Kg Perhatian : ISO 9001 dan ISO 13485 Nomor Pengesahan : Departemen Kesehatan Indonesia : DEPKES RI AKL 21403700039 Diimpor oleh: PT FORTUNE STAR INDONESIA Wisma Pondok Indah, Suite 407 Jl. Sultan Iskandar Muda Blok VTA Pondok Indah, Jakarta 12310 Telp: (62-21) 7697410 Fax: (62-21) 7507762 Fortune Star Indonesia Hotline : 021 769 74 44 SMS : 0812 123 22 33 Fax : 021 769 22 34 SMS ke 3910 FSI (spasi) pesan Tarif hanya Rp. 1000 customercare@fortunestar.co.id PeraPera Fan Pages PeraPera Cycling Community News Flash Pera Pera Cycling Community Pera Pera Cycling Community 05.03.10 ANVIN 2009-4th National Symposium on Vascular Medicine ANVIN 2009-4th National Symposium on Vascular Medicine 13.08.09 Round Table Discussion (RTD) Fortune Star RSUD Sidoarjo, 4 Juni 2009 Round Table Discussion (RTD) Fortune Star RSUD Sidoarjo, 4 Juni 2009 13.08.09 Siang Klinik Fortune Star – RS Karyadi Semarang, 30 Mei 2009 13.08.09 Siang Klinik Salakinase Medan Siang Klinik Salakinase Medan 01.05.09 Product Nutraceutical Salakinase Baliin Q10 Glucan 5Ex Royal Jelly Gold All Health Therapy Equipment Curesonic Tens 21 New Mag Belt Power Mag Pillow Power Sapota All Lain-lain Propolis Toothpaste SEA White Facebook Share Share on facebook Sharing Experiences Curesonic Glucan 5 Ex Baliin Q10 Salakinase Internal Login Form Username Password Forgot your password? Forgot your username? You are here : Home Health Therapy Equipment Tens 21 Contact Us PT Fortune Star Global Wisma Pondok Indah Suite 407 Jl. Sultan Iskandar Muda blok VTA Pondok Indah Jakarta Selatan 12310. Indonesia Tel: 021-7697433 (Hunting), Fax: 021-7697431

Tidak ada komentar:

Posting Komentar